Apa Itu Tanaman Sorgum? Simak Dibawah Ini Penjelasannya
Reysah Larasati - Jumat, 16 Jun 2023 - 13:16 WIB
BANDAR LAMPUNG, DAUNLEBAR.COM – Sorgum dikenal sebagai tanaman rumput yang berkerabat dekat dengan padi dan jagung.
Tumbuhan ini merupakan biji-bijian yang berasal dari Afrika dengan iklim subtropis.
Di beberapa daerah tanaman serealia ini dikenal juga dengan sebutan acntel atau gandrung.
Sorgum menjadi salah satu biji-bijian pengganti beras yang bernutrisi tinggi.
Menurut Suprapto dan Mudjisihono (1987), Sorgum merupakan tanaman yang termasuk dalam famili Graminae bersama dengan padi, tebu, jagung, gandum dan lain-lain.
Kantel atau gandrung dapat tumbuh pada tanah yang tidak terlalu subur dan dengan sedikit pengairan.
Tanaman ini dapat tumbuh pada ketinggian 0 hingga 800 meter di atas permukaan laut, pada suhu 23 hingga 30 derajat Celcius dan kelembapan 20 hingga 40%.
Jumlah curah hujan yang dibutuhkan adalah 372–425 mm per tahun, dengan pH tanah 5–7,5.
Tanaman Sorgum diperkirakan berasal dari wilayah Afrika tropis.
Sorgum memiliki daya adaptasi yang cukup baik, sehingga dapat tumbuh di berbagai zona iklim, seperti daerah tropis, subtropis, dan gurun.
Tumbuhan ini sudah digunakan sejak zaman dahulu, misalnya oleh bangsa Mesir yang membudidayakan bunga gandrung 3000 tahun sebelum Masehi.
Di Indonesia, manfaat Sorgum belum sepenuhnya diperhatikan dan hanya terbatas pada produk pangan Pertanian.
Oleh karena itu pengembangan lebih lanjut masih diperlukan karena bahan baku ini memiliki potensi besar sebagai bahan baku pangan olahan, pakan dan industri.
Saat ini beberapa daerah di Indonesia mulai membudidayakan Sorgum. Dia antaranya Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta.
Baca Juga : Begini Cara Perawatan Kembang Sepatu
Ada juga wilayah lain seperti Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, hingga Nusa Tenggara Timur.
Nilai gizi biji Sorgum sebanding dengan jagung dan beras. Dimana kandungan proteinnya bahkan lebih tinggi dibandingkan keduanya, meskipun kandungan lemaknya lebih rendah.
Sorgum digunakan sebagai penyangga makanan bagi manusia di lebih dari 30 negara.
Biji Sorgum tidak hanya sebagai bahan pangan, tetapi juga digunakan sebagai bahan baku industri pangan.
Misalnya seperti gula, monosodium glutamat, asam amino, minuman dan hijauan pakan ternak.
Sorgum merupakan tanaman serealia dan masih satu famili dengan gandum, namun tanaman ini memiliki kelebihan yaitu dapat tumbuh di iklim tropis.
Tanaman ini memiliki 30 spesies dan banyak subspesies, namun spesies yang paling banyak ditanam adalah Sorgum bicolor.
Biji Sorgum bicolor dapat digunakan sebagai pengganti tanaman gandum yang tidak dapat tumbuh di Indonesia.
Selain itu, varietas Sorgum ini mentolerir kondisi kering dan basah serta tumbuh dengan baik pada tanah yang kurang subur.
Ciri khas tanaman Sorgum adalah batangnya yang berwarna hijau dan silindris tersusun dari buku-buku.
Tumbuhan ini tumbuh tegak dan tingginya bisa mencapai 5 meter pada galur tertentu.
Daun gandrung berbentuk panjang dan runcing, mirip dengan daun jagung. Terdapat lapisan lilin pada permukaan daun yang berfungsi untuk menahan kekeringan.
Lalu Sorgum juga memiliki daya adaptasi yang baik dan dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah, kecuali tanah podzol merah dan kuning yang bersifat asam.
Sistem akar tersebar luas dan toleran dibandingkan dengan tanaman jagung di lapisan keras yang dangkal.
Tanah yang cocok untuk budidaya Sorgum adalah jenis tanah Vertisol (Grumol), Aluvial, Andosol, Regosol dan Mediterania.
Curah hujan yang baik untuk tanaman Sorgum adalah 50-100mm per bulan 2-2,5 bulan setelah tanam.
Meski cocok di daerah dengan curah hujan rendah, tanaman ini dapat beradaptasi di daerah dengan curah hujan tinggi selama tahap pertumbuhan dan panen.
Tanaman Gandrung atau Cantel cocok tumbuh di daerah dengan kelembaban rendah.
Di wilayah Bojonegoro, budidaya Sorgum dimulai dari sisa-sisa air rawa yang mengering.
Suhu 20 derajat Celcius dengan udara kering merupakan suhu ideal bagi tanaman Sorgum.
Oleh karena itu daerah yang baik untuk menanam gandrung misalnya dataran rendah dengan ketinggian 1 sampai 500 meter di atas permukaan laut.
Sorgum tidak cocok ditanam di daerah dengan paparan sinar matahari dan kabut yang rendah.
Jika ditanam di lahan dengan ketinggian lebih dari 500 meter di atas permukaan laut, waktu panennya lebih lama.
Potensi tanaman biji-bijian ini cukup baik untuk menggantikan ketergantungan konsumsi masyarakat Indonesia terhadap beras.
Berikut adalah beberapa manfaat dan nutrisi yang dikandungnya:
1. Bahan Pangan Potensial
Sorgum merupakan salah satu tanaman pangan yang menawarkan peluang tumbuh yang cukup baik di Indonesia, terutama di daerah yang sering mengalami kekeringan.
Selain itu, Sorgum juga dapat dimanfaatkan sebagai makanan pokok, pakan ternak dan sumber energi alternatif bioetanol.
Tanaman ini ditujukan untuk menggantikan beras dan memiliki kandungan gizi yang tinggi.
Dalam hal bahan baku biji-bijian, Sorgum menempati urutan kelima di dunia. Sorgum mengandung banyak vitamin dan nutrisi seperti niacin, riboflavin dan thiamin.
Bijinya juga mengandung berbagai mineral sehat seperti aluminium, besi, tembaga, magnesium, dan fosfor.
2. Bahan Antioksidan
Lapisan katul biji gandrung mengandung antioksidan yang dapat melawan radikal bebas.
Radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh memiliki efek negatif dan meningkatkan risiko kanker.
Oleh karena itu, mengonsumsi makanan berbahan dasar Sorgum pasti dapat mengurangi risiko tumbuhnya sel kanker di dalam tubuh.
3. Meningkatkan Daya Tahan Tubuh
Tanaman sereal ini banyak mengandung zat besi yang mempercepat metabolisme tubuh dan memperlancar peredaran darah.
Metabolisme dan sirkulasi darah tubuh yang stabil mencegah anemia dan menjaga tubuh tetap sehat sepanjang waktu.
4.Diet Bagi Penderita Diabetes
Bagi penderita diabetes, Sorgum bisa menjadi bahan pokok alternatif karena bijinya mengandung tanin yang menghasilkan enzim yang mencegah tubuh menyerap karbohidrat.
Enzim ini berguna untuk mengatur kadar glukosa dan insulin dalam tubuh pasien.
Sederhananya, Sorgum bisa menjadi solusi nutrisi bagi penderita diabetes. (*)